Kuliah S3 (Sabtu Selepas Subuh) kali ini adalah kuliah Seri 110 yang berlangsung dengan durasi selama satu jam setengah, dilakukan selepas shalat subuh dari mulai pukul 06.15 sampai dengan 07.30 WIB via zoom meeting merupakan kajian lanjutan mengenai Al-Qur’an Surah Al Ma’un dengan pembahasan lebih mendalam mengenai faktor historis pengaruh pengajaran Al-Qur’an Kiai Ahmad Dahlan yang masih eksis higga saat ini dalam gerakan amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah.
Sabtu, (22/08/2020) kegiatan ini bertema “Belajar Quran Ala Kiai Dahlan, Lagi-Lagi Al- Ma’un?” yang diikuti oleh dosen, staff, dan mahasiswa Uhamka ini merupakan kegiatan rutin setiap pekan.
Terdapat 3 alasan yang menjadi faktor historis bagaimana pengajaran Al-Qur’an Kiai Dahlan sangat berpengaruh hingga saat ini. Pertama, bagimana pandangan Kiai Dahlan tentang Al-Qur’an, (2) kunci-kunci pemahaman dan pengalaman yang diajarkan oleh Kiai Dahlan, (3) keteladanan yang diberikan oleh Kiai Dahlan. Ketiga alasan tersebut dibahas secara jelas dan rinci oleh Bapak Dr. Izza Rohman, M.A. selaku narasumber.
Kiai Dahlan memposisikan Al-Qur’an sebagai kitab untuk dimengerti, dipikirkan sungguh-sungguh, direnungkan siang-malam, diikuti pesannya, dan digunakan untuk memimpin kehidupan. Bagian-bagian dari Al-Qur’an menjadi objek tabur oleh Kiai Dahlan sepanjang waktu. Tidak hanya dibaca tetapi pesan dalam Al-Qur’an harus diamalkan dalam kehidupan nyata sehingga Al-Qur’an dijadikan sebagai alat untuk memimpin kehidupan nyata menuju akhirat. Pembahasan ini tertuang pada Buku Tali Pengikat Hidup.
Bapak Dr. Izza Rohman, M.A. memaparkan “Al-Qur’an tidak hanya sebatas dimengerti dan di baca secara individu tetapi dijelmakan (aplikasikan) pesan-pesannya dalam kehidupan bermasyarakat”. Ini merupakan bagian lain dari interaksi dengan Al-Qur’an yang tidak sekedar memenuhi spritiual secara invidu atau batin secara individu tetapi juga memenuhi kebutuhan koletif masyarakat untuk menegakan agama Islam dalam masyarakat yang dipandu dengan Al-Qur’an. Etos berinteraksi dengan Al-Qur’an benar-benar mengikuti pesan demi pesan Al-Qur’an tidak hanya mendengarkan keindahan lantunan Al-Qur’an. Pola interaksi ini yang membuat pelajaran Kiai Dahlan sangat berpengaruh hingga saat ini dalam gerakan amal usaha Muhammadiyah
Al-Qur’an Surah Al Ma’un dan Al Asr merefleksikan perlunya kita menghambakan diri kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya yang merupakan satu kunci ketauhidan sehingga pengajaran Al-Qur’an Kiai Dahlan sangat berpengaruh. Tema akhirat menjadi kunci kedua yang dikaji secara berulang-ulang tentang kebahagiaan akhirat agar kita selamat di dunia dan akhirat dengan fokus menghambakan diri kepada Allah Swt. Amal saleh pointnya setiap bagian Al-Qur’an selalu dihubungkan dengan meninggalkan larangan dan menjalani perintahnya. Jadi amal soleh sangat penting maka perlu dicapai dengan timbangan yang baik. Jihad sebagai kunci pemahan dalam memurnikan penghambaan, meraih kebahaiaan, berbuat baik dan menegakan agama.
Bapak Dr. Izza Rohman, M.A. menjabarkan kembali bahwa “pengajaran Al-Qur’an Kiai Dahlan berpengaruh, karena pengajaran Kiai Dahlan itu padu tidak sporadiktif. Ada simpul-simpul yang mengikat pengajaran Al-Qur’an itu. Karena tema-tema ini berulang diajarkan maka pengaruh pengajaran Kiai Dahlan sangat kuat. Tidak hanya makna kata tapi fokus pada pesan-pesan kunci yang memandu kehidupan kita untuk terus menerus beramal saleh dan berjihad dan menegakan agama Allah. Kunci pemahaman ini sangat terkait”. Ujarnya.
Pengajaran Al-Qur’an berpengaruh karena kesungguhan Kiai Dahlan dalam mengajarkan dan mengamalkan pesan Al-Qur’an pada kehidupan nyata. Selain itu Beliau mengajarkan surah Al Asr selama 4 bulan dan surah Al Ma’un 3 bulan dengan target dapat mengamalkan pesan dalam surah tersebut. Ini ada kesungguhan yang perlu kita teladani dalam hal mendakwahkah Al-Qur’an. Kiai Ahmad Dahlan mengajarkan Al-Qur’an dengan niat Berdakwah sedemikain rupa dan memandu kehidupan kita.
Keteladannya tidak hanya sebagai contoh saja, melainkan Kiai Dahlan memiliki target yaitu orang lain dapat mengikuti contoh yang telah diberikan. Tiga faktor historis pelajaran Al-Qur’an Kiai Dahlan menjadi berpengaruh besar hingga seabad lebih hal ini terlihat pada Persyarikatan Muhammadiyah sehingga gerakan amar ma’ruf menjadi kuat di Muhammadiyah.