Dampak Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Berdasarkan Perspektif Geografis

Presiden Jokowi menetapkan area Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Negara, penetapan wilayah tersebut memicu berbagai pendapat bersifat pro dan kontra. Untuk mengaji IKN berdasarkan sudut pandang akademis, maka Program Studi Pendidikan Geografi menyelenggarakan Seminar Nasional terkait “Peran Geografi Dalam Menganalisis Dampak Pembangunan IKN”, dengan mengundang narasumber Dr. Ardhasena S. kepala pusat layanan informasi iklim BMKG, Dr. Asep Karsidi Kepala BIG Periode 2010-2014, dan Dr. Rasminto, M.Pd Direktur Eksekutif Human Studies. 

Seminar nasional ini dihadiri oleh berbagai kalangan yaitu dosen, mahasiswa, guru, siswa dari berbagai instansi, yang menggambarkan antusias peserta terkait tema IKN. Dr. Ardhasena menyampaikan bahwa wilayah Kalimantan Timur secara meteorologis memiliki kondisi kategori Iklim Basah sampai Agak Basah, sehingga memiliki intensitas curah hujan tahunan tinggi. Kondisi demikian memicu wilayah Kalimantan Timur berpotensi terhadap bencana banjir. Selain banjir, kondisi wilayah yang memiliki lahan gambut berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan, meski jumlah titik hotspot pada wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki lebih rendah dibandingkan wilayah lain, kewaspadaan penting karena pengaruh pergerakan angin akan berdampak pada wilayah sekitar yang berpotensi berdampak pada area Kabupaten Penajam Paser.

Selanjutnya, BMKG melakukan proyeksi perubahan iklim di Kalimantan yang menghasilkan bahwa ada potensi peningkatan suhu rata –rata sebesar 0.3-0.350C, sedangkan proyeksi curah hujan berpotensi semakin meningkatnya intensitas hujan lebat dengan durasi pendek yang diselingi periode kering yang lebih panjang sehingga berpotensi terjadinya kekeringan tutur Ardhasena. Berdasarkan kondisi meteorologi wilayah IKN yang memiliki potensi bencana hidrometeorologi terutama banjir, kebakaran hutan dan lahan, dan kesedian sumber daya air maka perlu upaya mitigasi terutama infrastruktur dan tata ruang berbasis bencana. Hal ini penting sebagai upaya meminimalisir risiko kerugian terhadap bencana, dan membentuk wilayah adaptif bencana.

Selanjutnya Dr. Asep Karsidi, menyampaikan bahwa pemilihan lokasi di Penajam Paser Utara yang lokasinya berada di tengah kepulauan Indonesia sudah sangat tepat, karena lokasi yang strategis akan mendorong ikn sebagai growth pole bagi pemerataan pembangunan demi terwujudnya keadilan sosial baik bagi yang di wilayah barat, tengah dan timur. Meskipun demikian pembangunan IKN harus memperhatikan aspek keruangan secara faktual dan digital.

Memperkuat perspektif tersebut, Dr. Rasminto menyampaikan dari sudut pandang sosial dan lingkungan bahwa pembangunan IKN diharapkan tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, karena wilayah Kalimantan merupakan paru-paru dunia, sehingga penting menjaga kelestarian lingkungan. Untuk itu, IKN dapat menjadi role model kota Smart City yang, salah satunya konsep smart forest city dan diharapkan bisa mengurangi polusi dan membiarkan lepasnya karbon akibat polusi dan pencemaran.

 

Penulis: Siti Dahlia, M.Sc

Editor: Leni Marlena

 

Daftar sekarang juga dan ajak teman-temanmu untuk menjadi calon mahasiswa baru di FKIP UHAMKA. Penawaran berbagai macam program beasiswa beserta persyaratannya dapat diakses melalui https://pmb.uhamka.ac.id/ atau langsung saja melalui http://www.fkip.uhamka.ac.id ke menu “Beasiswa Mahasiswa” atau https://linktr.ee/uhamka . Bagi kalian yang ingin mengetahui seluruh program studi di FKIP Uhamka dapat di akses pada https://linktr.ee/fkipuhamka  atau mengecek Program Studi Pendidikan Geografi dapat di akses pada https://fkip.uhamka.ac.id/pendidikan-geografi/.

 

Tinggalkan Balasan