Dosen PBSI FKIP UHAMKA Tingkatkan Kepercayadirian Siswa SMK Muhammadiyah Cariu Bogor dengan Pelatihan Pewara

Siswa SMK Muhammadiyah Cariu Bogor menganggap diri mereka saat ini telah pede (percaya diri) menjadi seorang pembawa acara (pewara) setelah mendapatkan pelatihan bersama dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia(PBSI) FKIP Uhamka atas kerjasama dengan LPPM Uhamka.

 

Neng Evi merupakan peserta pelatihan pewara menyatakan bahwa “dengan berlatih pewara, saya dapat meningkatkan kepercayaan diri saya untuk berbicara di depan umum,” ungkapnya.

 

Sukardi, Abdul Rahman Jupri, dan Achmad Abimubarok merupakan dosen PBSI FKIP Uhamka yang menyelenggarakan pelatihan pewara ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMK Muhammadiyah Cariu.

 

Pelatihan pewara dipilih sebagai sarana peningkatan keterampilan berbicara karena memiliki teknik untuk menghidupkan suasana. Teknik inilah yang menurut Sukardi disebut sebagai nyawa seorang pembicara yang andal.

 

Pelatihan ini dilaksanakan secara daring menggunakan platform zoom meeting. Meski daring, pelatihan tersebut terlaksana dengan sangat baik dan meninggalkan kesan positif.
“Saya sangat berterima kasih kepada Pak Jupri dan dosen lainnya yang telah menyelenggarakan pelatihan ini. Siswa di sekolah ini memang harus dilatih kepercayaan diri untuk berbicara di depan umum. Apalagi mereka siswa SMK yang basisnya adalah dunia kerja atau wirausaha. Pasti butuh keterampilan seperti ini,” jelas Mukmin selaku kepala sekolah.

 

Pelatihan diawali dengan pemaparan pentingnya keterampilan berbicara dan wawasan kreatif oleh Sukardi.
Dalam paparannya, Sukardi menyebut bahwa “saat ini manusia dituntut menjadi manusia yang kreatif. Daya kreatif tersebut perlu diutarakan kepada seseorang maupun khalayak sehingga keterampilan berbicara menjadi pintu bagi seseorang agar daya kreatifnya dapat dipahami oleh orang lain,” tuturnya.

 

Setelah pemaparan keterampilan berbicara, Abdul Rahman Jupri turut memberikan materi pewara sebagai pengantar sebelum melaksanakan praktik. Siswa dibekali hal-hal yang perlu dikuasai oleh pewara, seperti karakter suara, sikap, etika bicara, hingga penampilan. Menurutnya, siswa harus memahami bahwa pewara bukan sekadar membaca susunan acara.


“Siswa harus memahami bahwa pembawa acara tugasnya bukan sekadar membaca susunan acara saja. Pembawa acara itu nyawa bagi acara tersebut. Orang akan menilai acaranya berjalan dengan baik atau tidak dari pembawa acaranya,” jelas Abdul Rahman Jupri.

 

Terakhir, siswa melakukan praktik menjadi pewara. Praktik ini dipandu oleh Achmad Abimubarok yang telah menyiapkan naskah susunan acaranya. Dari praktik yang telah dilaksanakan, siswa dinilai memiliki potensi untuk menjadi pewara yang cakap.

 
Abi mengungkapkan, “Menurut saya, siswa-siswa ini memiliki potensi. Terlihat ketika mereka berani untuk mengolah karakter suara. Bahkan mereka dengan sadar membenahi posisi duduk agar dapat mengatur nafas dengan baik. Mereka dengan sangat baik mengatur jeda, tekanan, intonasi, bahkan tempo. Insyallah mereka bisa menjadi pembawa acara yang cakap.”

 

Dengan adanya pelatihan ini, Uhamka secara langsung terlibat aktif dalam pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini diharapkan menjadi pemantik semangat bagi siswa SMK Muhammadiyah Cariu agar lebih berani berbicara di depan umum. Ketika ada acara, siswa tidak bimbang lagi untuk menentukan siapa pembawa acaranya.

 

Tinggalkan Balasan