Sebagai orangtua kita pasti sering memberikan punishment agar anak mengikuti dan menghormati kita sebagai orangtua. Tapi kadangkala seringkali anak bukannya semakin patuh malah semakin tidak mengikuti bahkan melawan. Nah mari kita coba bahas tentang hal ini.
Punishment dalam pendidikan keluarga memang perlu, hanya saja memberikan punishment kepada anak yang sedang tumbuh kembang membutuhkan strategi dan pemahaman tentang tumbuh kembang anak.
Punishment sebagai bentuk teguran atas kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan anak. Anak perlu tahu dan memahami mana perilaku yang harus dipertahankan dan mana perilaku yang harus tidak dilakukan.
Banyak orang tua salah arti dalam memahami punishment pada anak. Bahwa punishment dilakukan dengan memukul, mencubit dan sebaainya. Termasuk dengan memarahi anak dengan mengatakan kata kata yang membuat anak sakit hati, dendam. Namun jika anak terbiasa dengan punishment kekerasan dalam bentuk fisik dan psikologis tersebut, orangtua secara perlahan telah membentuk karakter dan kepribadian keras pada anak, yang justru hal ini menjadi bahagian diri anak ketika berinteraksi dengan teman dan lingkungannya. Hal ini juga seperti makan buah simalakama, hanya menunggu waktu begitu anak sudah mampu membela diri maka perlakuan yang orangtua berikan pada anak masa kecil akan membalik dari anak ke orangtua.
Jadi perlu dipahami orangtua punishment dalam pendidikan keluarga adalah bentuk teguran yang mendidik sehingga anak tahu dengan tindakan yang baik dan tindakan yang tidak baik. Ingat bapak ibu kuncinya disini adalah mendidik. Contoh – contoh punishment yang mendidik untuk anak usia pra sekolah ;
- Diam dalam beberapa waktu tidak menegur anak.
- Menyimpan mainan dalam kurun waktu tertentu.
- Bersuara tegas.
- Tidak memberi uang jajan untuk beberapa waktu.
- Tidak mengajak anak keluar untuk rekreasi.
- Time out
Galeri lainya
[gdlr_core_blog num-fetch=”4″ blog-style=”blog-widget” category=””small”-size=”small” ]
Sebelum memberikan punishment sudah seharusnya ada aturan yang jelas yang sudah disepakati antara anak dan orangtua tentang suatu kegiatan yang dilakukan anak dan apa yang harus dilakukan orangtua ketika aturan itu tidak dilakukan anak.
Selanjutnya butuh sosialisasi untuk menjalankan aturan tersebut. Proses sosialisasi ini sekaligus evaluasi bagi anak dan orangtua apakah sebuah aturan mampu dilakukan anak sessuai dengan tingkat usianya.
Nah barulah setelah itu konsisten dan komitment
Ketika memang sudah melalui proses sosialisasi, maka perlu konsistensi dan komitment. Usia pra sekolah adalah usia try and error anak mencoba mencari celah agar yang dilakukan meskipun salah bisa diterima orangtua dengan cara mereka. Nah disinilah perlunya konsistensi orangtua terhadap suatu aturan dan mulai memberikan punishment sesuai dengan kesepakatan dengan anak.
Komitment dan konsistensi harus sejalan antara ayah dan ibu meskipun salah satu pada saat kejadian sedang tidak ada. Justru perjuangan orangtua yang paling berat adalah menunjukkan sikap konsisten dan komitment ini. Namun dengan tetap menunjukkan sikap bijak,kasih sayang dan sebuah komunikasi penyadaran kepada anak bahwa sikap orangtua semuanya karena wujud kasih sayang orangtua pada anak, aturan tetap bisa dijalankan.
Semoga bapak ibu mampu jadi orangtua yang sesuai dengan harapan ananda.
Salam
Fatma Nofriza