Dekan FKIP Uhamka : Prinsip Bushido perlu Diselaraskan dalam Kehidupan Sehari-hari

Jepang dikenal dengan budaya disiplin, kerja keras dan sangat menghormati orang lain, bahkan ketika di jalan sering ditemui seseorang akan memberikan hormat pada orang yang memberinya ruang untuk menyebrang jalan. Pada hari pertama Short Course Bushido Culture in Learning Japanese membahas tentang Ojigi dan nilai-nilainya dalam prinsip Bushido Jepang. 

 

Bushido merupakan serangkaian peraturan atau kode yang memuat prinsip moral. Bushido sendiri merupakan sebuah kode etik keksatriaan golongan Samurai dalam feodalisme Jepang. Bushido berasal dari nilai-nilai moral samurai, yang paling sering menekankan beberapa kombinasi dari kesederhanaan, kesetiaan, penguasaan seni bela diri, dan kehormatan sampai mati.

 

Berikut 7 prinsip dalam Bushido :

  1. Gi (義 – Kebajikan)

Gi memiliki arti kebajikan atau kebaikan. Hal ini adalah sesuatu hal yang sering menjadi bunga-bunga nasihat. Namun sayang pada praktiknya, tidak banyak manusia yang benar-benar mau melakukan kebaikan. Lewat filosofi ini, kita diajak untuk menjadi pribadi yang jujur dalam setiap tindakan.

Kita perlu memahami bahwa keadilan itu tidak datang dari orang lain, tapi dari diri sendiri. Jangan berharap seseorang bisa bersikap adil jika kita sendiri tidak bisa mempraktikannya. Bagi seorang samurai, tidak ada tingkatan keadilan atau kejujuran. Hanya ada hitam dan putih, kejujuran dan kebohongan. Tidak ada yang namanya ‘white lie’.

“Seorang ksatria harus paham betul tentang yang benar dan yang salah, dan berusaha keras melakukan yang benar dan menghindari yang salah. Dengan cara itulah bushido biasa hidup.” -Taira Shigesuke

 

  1. Yū (勇 – Keberanian)

Berani dalam menghadapi kesulitan. Keberanian merupakan sebuah karakter dan sikap untuk bertahan demi prinsip kebenaran yang dipercayai meski mendapat berbagai tekanan dan kesulitan. Keberanian juga merupakan ciri para samurai, mereka siap dengan risiko apapun termasuk mempertaruhkan nyawa demi memperjuangkan keyakinan.

Keberanian mereka tercermin dalam prinsipnya yang menganggap hidupnya tidak lebih berharga dari sebuah bulu. Namun demikian, keberanian samurai tidak membabibuta, melainkan dilandasi latihan yang keras dan penuh disiplin.

“Pastikan kau menempa diri dengan latihan seribu hari, dan mengasah diri dengan latihan selama ribuan hari”. -Miyamoto Musashi

 

  1. Jin (仁 – Kemurahan hati)

Memiliki sifat kasih sayang. Bushido memiliki aspek keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminin (yang). Jin mewakili sifat feminin yaitu mencintai. Meski berlatih ilmu pedang dan strategi berperang, para samurai harus memiliki sifat mencintai sesama, kasih sayang, dan peduli.

Kasih sayang dan kepedulian tidak hanya ditujukan pada atasan dan pimpinan namun pada kemanusiaan. Sikap ini harus tetap ditunjukan baik di siang hari yang terang benderang, maupun di kegelapan malam. Kemurahan hati juga ditunjukkan dalam hal memaafkan.

”Jadilah yang pertama dalam memaafkan.” -Toyotomi Hideyoshi

 

  1. Rei (礼 – Menghormati)

Hormat kepada orang lain. Seorang Samurai tidak pernah bersikap kasar dan ceroboh, namun senantiasa menggunakan kode etiknya secara sempurna sepanjang waktu. Sikap santun dan hormat tidak saja ditujukan pada pimpinan dan orang tua, namun kepada tamu atau siap pun yang ditemui. Sikap santun meliputi cara duduk, berbicara, bahkan dalam memperlakukan benda ataupun senjata.

”Apakah kau sedang berjalan, berdiri diam, sedang duduk, atau sedang bersandar, di dalam perilaku dan sikapmu lah kau membawa diri dengan cara yang benar-benar mencerminkan prajurit sejati.” -Taira Shigesuke

 

  1. Makoto (信 – Kejujuran dan Ketulusan) 

Seorang Samurai senantiasa bersikap Jujur dan Tulus mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Para ksatria harus menjaga ucapannya dan selalu waspada tidak menggunjing, bahkan saat melihat atau mendengar hal-hal buruk tentang kolega.

Samurai mengatakan apa yang mereka maksudkan, dan melakukan apa yang mereka katakan. Mereka membuat janji dan berani menepatinya.

”Perkataan seorang samurai lebih kuat daripada besi.” -Taira Shigesuke

 

  1. Meiyo (名誉 – Kehormatan)

Bagi samurai cara menjaga kehormatan adalah dengan menjalankan kode bushido secara konsisten sepanjang waktu dan tidak menggunakan jalan pintas yang melanggar moralitas. Seorang samurai memiliki harga diri yang tinggi, yang mereka jaga dengan cara prilaku terhormat. Salah satu cara mereka menjaga kehormatan adalah tidak menyia-nyiakan waktu dan menghindari prilaku yang tidak berguna.

”Jika kau di depan publik, meski tidak bertugas, kalau tidak boleh sembarangan bersantai. Lebih baik kau membaca, berlatih kaligrafi, mengkaji sejarah, atau tatakrama keprajuritan.” -Taira Shigesuke

 

  1. Chūgo (忠義 – Kesetiaan)

Kesetiaan ditunjukkan dengan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Kesetiaan seorang ksatria tidak saja saat pimpinannya dalam keadaan sukses dan berkembang. Bahkan dalam keadaaan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, pimpinan mengalami banyak beban permasalahan, seorang ksatria tetap setia pada pimpinannya dan tidak meninggalkannya.

“Puncak kehormatan seorang samurai adalah mati dalam menjalankan tugas dan perjuangan.” -Taira Shigesuke

 

Rita Agustina Karnawati, M.Pd dalam sambutannya pada ISC (09/08) mengatakan bahwa, “Salah satu topik dari Bushido ini adalah on gimu giri yang menggambarkan kesetiaan yang selalu ditanamkan dalam jiwa seorang samurai, kita bisa implementasikan prinsip ini dalam kehidupan kita. Tentunya kita akan belajar tentang tujuh prinsip lainnya dari Bushido ini.” 

 

Rita berharap, “semoga program ini dapat memberikan dampak positif dan manfaat yang luar biasa, yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita, dan semoga akan ada kegiatan yang sama dikemudian hari.”

 

Dekan FKIP Uhamka, Desvian Bandarsyah, M.Pd menambahkan bahwa, “dalam integritas tidak hanya mengacu pada kejujuran ketika melakukan pertempuran tetapi juga kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat. Dan di era industri 4.0 dan masyarakat 5.0 ini sudah seharusnya kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti di lingkungan kerja atau dalam kehidupan sosial kita. Saya pikir kebajikan bushido ini adalah nilai-nilai baik yang dapat kita selaraskan dalam hidup kita.” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan